Kamis, 04 Oktober 2012

WYSIWYG: Kesalahan Pembuatan Website


WHISIWIG yaitu panggilan akrab untuk tipe program ini, merupakan salah satu hambatan terbesar dalam menuju dunia internet yang optimal. Kepanjangannya adalah What You See Is What You Get – apa yang anda lihat, itu yang akan dibuat / dapatkan. Jaman dahulu kala, yang paling bertanggung jawab atas hal ini adalah sebuah software  yang disebut Frontpage, dari Microsoft, yang sampai sekarang pun masih diajarkan secara luas. Tak lama kemudian, datang raksasa baru yang disebut Macromedia dengan program Dreamweaver. Anda kenal, kan? Mungkin sampai sekarang anda masih ada yang mengunakan Dreamweaver. Tidak heran, Dreamweaver ribuan kali lebih efisien daripada Frontpage.


Masalahnya, tampilan dasar dari Dreamweaver, yang menampilkan halaman yang sedang anda rancang secara visual dan mencontohkan layout dan tipografi anda secara langsung, merupakan contoh WYSIWYG. Jika anda masih belum menangkap maksudnya, WYSIWYG adalah gaya perancangan yang bersifat visual, seperti layaknya anda menulis dokumen di Word atau dengan kata yang lebih singkat Visual ke Code HTML. Padahal, website seharusnya dibuat dengan HTML, yang murni bersifat teks.


Begini. Dulu, waktu internet baru diciptakan, tidak ada yang mengira bahwa kita akan mengembangkannya sampai seperti sekarang. Semua orang mengira kalau internet akan tetap lambat, dan halaman-halaman yang kita lihat perlu sebesar-besarnya berisi teks untuk dibaca. Sekarang tentunya sudah berubah, dan perancang menginginkan desain yang lebih kompleks dan menarik. Hal ini masih bisa dilakukan dalam HTML, tapi karena perancang malas mencari-cari teknik dan metode yang berputar-putar, diciptakanlah WYSIWYG. Anda mungkin berkata, “Bagus dong. Masalahnya apa?”


WYSIWYG itu berlebih dan memaksa. Mereka itu robot yang menerima perintah majikannya dan memaksakan melaksanakannya – seberapa mahal atau berat hasilnya. Tentunya si perancang tak pernah menyadari seberapa bagus atau buruk pekerjaan si robot sampai terjadi sesuatu yang menakutkan. Sebagai robot, mereka tidak bisa improvisasi atau berkembang seperti kita. Mereka juga memiliki keterbatasan dalam kemampuan mengerti perintah yang diberikan.

Salah satu hal yang sering disebut adalah tidak efisiennya layout yang dibuat dalam WYSIWYG. Sebagian besar dari mereka akan menggunakan “tabel” untuk membuat layout. Tabel secara HTML. Ini disebabkan karena tabel lebih fleksibel di hasil akhir. Tapi jika anda melihat HTML di balik layarnya – hancur! Banyak sampah-sampah berserakan dan tidak teratur. Program tidak dapat berpikir logis layaknya manusia, dan pekerjaannya pun “asal jadi” saja. Ketika anda mengubah desain anda sedikit, maka kadang-kadang program akan menyisakan tag-tag HTML kosong atau bekas-bekas lainnya yang tidak diperlukan. Sangat tidak efektif, apalagi bila dibandingkan dengan hasil yang dapat dibuat seorang perancang manusia dengan bantuan CSS. (Kebetulan, CSS mudah dipahami manusia yang mengerti cara kerjanya dari HTML. Tapi bagi si robot yang harus berkerja dari perintah visual – bingung dia.) Saya akan membahas lebih banyak tentang sia-sianya <table> di episode berikutnya.

Kalau bicara tentang CSS, WYSIWYG juga sering bersalah dalam membuat sampah ketika berusaha memberi pengertian visual pada teks. Misalnya mau membuat teks yang tebal; WYSIWYG tidak mengerti apa yang mau anda lakukan, jadi dia dengan mudah menambah tag-tag baru dan memaksakan agar teks itu dicetak tebal. Dalam proses ini pun banyak hal-hal ditambah-tambah dan berserakan. CSS dan seorang perancang yang kompeten dapat dengan jauh lebih sederhana memberi tag dan CSS yang sesuai. Hal ini disebut HTML yang semantis.

Ada beberapa hal yang seharusnya diperhatikan oleh perancang namun dilewatkan oleh program WYSIWYG. Salah satunya adalah menyesuaikan untuk beragam browser dan alat baca website. Seringkali, rancangan indah yang telah dibuat program hanya bisa bekerja dengan benar pada kondisi tertentu. Jika ada fitur di browser yang dimatikan atau disalahgunakan, maka desain pun pecah. Kadang-kadang bahkan desain itu hanya bekerja dengan benar di satu browser, dan rusak di browser lainnya. Jika pengguna mematikan tampilan gambar, misalnya, maka yang akan ditunjukkan adalah “alt text”, yang dipasang dengan atribut “alt” di tag <img>. Ada kebiasaan di pengguna WYSIWYG untuk munafik dan lupa untuk beradaptasi, sehingga terlalu percaya pada programnya dan lupa menguji desainnya seperti seharusnya.


Kadang-kadang si program akan cukup berbaik hati untuk menyediakan fitur-fitur untuk menyelesaikan masalah ini, namun karena gaya WYSIWYG lebih berfokus pada penampilan dan pengguna pun tidak memperhatikan hal-hal tersebut, fitur ini terbengkalai. Dreamweaver, misalnya, memiliki fitur untuk memberi teks alternatif pada gambar, tapi ini jarang digunakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

X-Steel - Wait